Salah satu hal yang menyenangkan dalam hidup ini adalah berwisata, piknik, dan bepergian bersama orang-orang yang dicinta dalam rangka menikmati keindahan alam ciptaan Allah, entah itu pegunungan, pantai, dan lainnya. Hal tersebut menjadikan hubungan keluarga yang semula renggang menjadi erat kembali, dan menghilangkan penat yang tersimpan akibat rutinitas pekerjaan sehari-hari. Itulah salah satu dari hikmah rekreasi atau piknik.
Tak jarang, sebuah keluarga melakukan safar untuk mencari tempat-tempat yang indah dan belum pernah dikunjungi sebelumnya. Karena fitrahnya jiwa manusia ialah ingin mencari hal-hal baru yang dapat menyegarkan kembali jiwanya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika banyak sekali warga ibu kota yang berekreasi di luar kota. Bahkan tak sedikit dari mereka yang berekreasi di luar negri.
Syahdan, mereka mempersiapkan bekal perjalanan untuk tujuan tersebut. Namun, persiapan tersebut kurang lengkap bila kita tidak menyesuaikan dengan persiapan yang biasa dilakukan oleh manusia terbaik sepanjang zaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau hendak bepergian jauh. Diantara persiapan-persiapan beliau ketika hendak bepergian jauh ialah :
Hendaknya seorang melaksanakan shalat istikharah sebelum bepergian
Melaksanakan shalat ini dengan maksud untuk memantapkan hati ketika hendak bepergian. Karena sering terjadi keragu-raguan dan was-was yang hinggap di hati seseorang ketika hendak bepergian. Itu semua merupakan ulah setan yang berusaha untuk membuat manusia enggan melakukan sebuah kebaikan, karena boleh jadi perjalanan yang kita lakukan tersebut adalah perjalanan kebaikan. Rekreasi bersama keluarga, bertemu orang tua yang berada di kota lain, dan perjalanan kebaikan yang lainnya. Hal ini didasarkan kepada hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami shalat istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana beliau mengajarkan Al Qur’an. Beliau bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaklah ia melakukan shalat istikharah dua rakaat lalu membaca do’a shalat istikharah” (HR. Bukhari)
Hendaknya orang yang ingin berpergian bertaubat dan banyak beristighfar
Umur merupakan rahasia Yang Maha Kuasa. Tidak ada seorang manusia pun mengetahui batas umurnya. Bahkan malaikat dan Nabi pun tidak mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu, apabila seseorang hendak melakukan perjalanan, dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan taubat, karena seseorang tidak tahu apa yang terjadi selama perjalanannya dan di akhir perjalanannya.
Hendaknya memilih teman perjalanan yang shalih
Teman yang shalih dibutuhkan pada setiap kondisi, bahkan dalam perjalanan. Karena banyak sekali keuntungan yang kita dapatkan bila berteman dengan mereka. Mereka dapat membantu menjaga agama kita, mereka dapat menegur ketika kita melakukan kesalahan, plus kita dapat menggali ilmu darinya jika ia memiliki ilmu yang berlimpah. Oleh karena itu, berteman dan bersahabat dengan orang-orang shalih dalam perjalanan akan menjadikan perjalanan kita sebagai sarana ibadah kepada Allah Ta’ala.
Dan ingatlah bahwa agama seseorang itu tergantung dengan agama teman dekatnya (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad, hasan)
Hendaknya mengangkat seorang pemimpin dalam perjalanan
Pemimpin merupakan hal yang penting dalam berbagai aspek. Dari aspek yang terbesar –yaitu pemerintahan– sampai aspek yang terkecil –yaitu keluarga–. Tak terkecuali dalam perjalanan. Hendaknya dipilih seseorang yang berwibawa, berakhlak mulia, berilmu, dan bertaqwa untuk menjadi pemimpin dalam perjalanan tersebut. Karena ia akan mengatur dan menjaga orang yang berada di bawah kepemimpinannya dengan adil dan bijaksana.
Maka, ketika rombongan safar itu minimal tiga orang, disunnahkan untuk menunjuk satu orang sebagai pemimpin rombongan (HR. Abu Dawud, hasan)
Hendaknya berpamitan kepada keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan
Salah satu adab atau hal yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum melakukan perjalanan adalah berpamitan kepada keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan. Sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu berpemitan kepada para sahabatnya ketika hendak bepergian. Lalu beliau berdo’a kepada Allah untuk mereka. Do’a tersebut berbunyi, “Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim)
Selanjutnya akan kita bahas mengenai hal-hal yang dianjurkan ketika seseorang melakukan perjalanan jauh. Hal tersebut adalah:
Berdo’a sebelum melakukan perjalanan
Do’a merupakan senjata orang yang beriman. Setiap kegiatan yang kita lakukan, hendaklah kita berdo’a kepada Allah Ta’ala agar Allah berkahi dan ridhai perbuatan kita tersebut. Tak terkecuali ketika kita ingin mengadakan perjalanan jauh. Kita harus berdo’a kepada Allah agar perjalanan yang kita tempuh diberikan keberkahan, kemudahan, dan keselamatan hingga ke tempat yang dituju. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a sebelum bepergian, “Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedangkan sebelumnya kami tidak mampu. Sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di hari kiamat). Yaa Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami memohon perbuatan yang membuat-Mu ridha. Yaa Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah jaraknya bagi kami. Yaa Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan Yang mengurus keluargaku. Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan, dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga” (HR. Muslim)
Bertakbir ketika jalan mendaki dan bertasbih ketika jalan menurun
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengucapkan takbir ketika melewati jalan yang mendaki, lalu beliau bertasbih ketika menuruninya. Hal ini sesuai dengan hadits yang berbunyi, “Kami apabila melewati jalan yang menanjak, bertakbir, dan membaca tasbih ketika menuruninya” (HR. Bukhari). Hal ini merupakan bentuk pengajaran Beliau kepada umatnya agar tidak pernah terputus dalam berdzikir kepada Allah dalam setiap waktu.
Memperbanyak do’a ketika mengadakan safar
Salah satu waktu terkabulnya do’a adalah ketika sedang melakukan perjalanan jauh. Hal tersebut didasarkan pada hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga do’a yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan lagi tentangnya, do’a orang yang didzhalimi, do’a orang yang sedang melakukan perjalanan jauh, do’a buruk orang tua kepada anak-anaknya” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)
Oleh karena itu, perbanyaklah berdo’a untuk diri kita dan kaum muslimin ketika kita sedang dalam safar karena do’a kita pasti dikabulkan oleh Allah.
Beristirahat saat sedang melakukan perjalanan
Perjalanan yang jauh akan memberikan kelelahan dan keletihan kepada diri sendiri dan hewan tunggangan atau kendaraan kita. Oleh karena itu, kita membutuhkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan tenaga untuk kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Karena apabila kita tidak melakukan hal tersebut, kerugian akan menghampiri. Entah melalui rusaknya kendaraan dan matinya hewan tunggangan kita, ataupun kelelahan diri kita yang berlebihan.
Selanjutnya akan kita bahas mengenai hal-hal yang dianjurkan ketika pulang dari perjalanan jauh.
Shalat dua rakaat ketika pulang dari bepergian jauh
Hal ini didasarkan pada hadits yang berbunyi, “Sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bila tiba dari bepergian pada saat dhuha, beliau masuk ke dalam masjid kemudian shalat dua rakaat sebelum duduk” (Muttafaqun ’alaihi)
Oleh karena itu, hendaklah bagi orang yang pulang dari perjalanan jauh melakukan hal tersebut dalam rangka meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengabarkan keluarga tentang kepulangannya
Hal ini dilakukan agar keluarga dapat bersiap-siap menyambut kedatangannya. Karena boleh jadi, kedatangan dan kepulangannya sudah dinantikan oleh keluarganya. Hal ini terdapat di dalam hadits, “Agar keluarganya mempunyai waktu terlebih dahulu untuk merapikan diri, berhias, menyisir rambut yang kusut, dan dapat bersolek setelah ditinggal pergi” (HR. Muslim)
Para pembaca rahimakumullah, telah sama-sama kita bahas mengenai hal-hal apa saja yang dapat kita lakukan di dalam perjalanan jauh kita. Hal-hal yang kita bahas tersebut disarikan dari petuah Sang manusia terbaik sepanjang zaman dan teladan terbaik sepanjang masa. Oleh karena itu, hendaklah kita melaksanakan hal tersebut agar perjalanan yang kita lakukan mendapatkan keberkahan dan keselamatan dari Allah Ta’ala.
Penulis : Seno Aji Imanullah, S.Si
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman, BIS